"BLANGKON YANG MENYATUKAN KITA"
·
Pelaku :
1.
Abdillah Alif Alwi sebagai Paijo
2.
Purwanti Lelly Sabrina sebagai Tiar
3.
Yeni Nur Azizah sebagai Siti
4.
Alvin Novandi Ega Pradana sebagai
Alex
5.
Mega Ayu Nurmalasari sebagai Bu
Dian
·
Penokohan :
1.
Paijo : lugu , baik dan penyayang
2.
Tiar : sombong , tulalit , kasar
3.
Siti : lugu , penurut , genit
4.
Alex : sombong , suka merendahkan orang lain
5. Bu Dian : genit ,
baik tetapi pemarah
Hari
ini adalah hari pertama masuk sekolah pada tahun ajaran baru setelah 3 minggu
libur. Hal ini disambut oleh dua kawan akrab Alex dan Tiar. Alex merupakan anak
Jakarta yang kaya dan Tiar merupakan anak Batak yang kasar. Teman – teman di sekolahnya tidak ada yang berani mengganggu keduanya.
Justru mereka tunduk pada keduanya. Siti
teman sekelas mereka sering di-bully
oleh Alex dan Tiar. Mereka sering menyuruh Siti mengerjakan PR dan
mempermalukannya di depan umum.
Bu Dian
sering menasehati Alex dan Tiar agar tidak melakukan hal buruk kepada Siti.
Namun keduanya hanya berpura – pura
baik kepada Siti ketika ada Bu Dian. Setelah Bu Dian pergi keduanya kembali
berperilaku buruk kepada Siti. Suatu hari Bu Dian datang ke kelas untuk
memperkenalkan murid baru. Dia bernama Paijo, cowok asli Jawa tulen yang tidak pernah melepaskan blankon
dari kepalanya. Kedatangan Paijo di sekolah ini menambah keseruan cerita.
Bagaimana kisahnya ?
Di dalam kelas Siti sedang membaca
buku . Tiba - tiba Tiar datang dan memaki - maki Siti .
Tiar
: “
Hey Siti !!! Ternyata kau makin kampungan saja ya hahaha ” ( tertawa )
Siti
: “ Masak sudah cantik begini masih dibilang kampungan “ ( menatap Tiar dengan
sinis )
Tiar
: “
Apa ?? Cantik ?? “
Siti
: “ Ya . Aku cantik kok “
Tiar
: “
Iuhh .... Kau cantik ? Sudah pakai kacamata , bajunya kusut pula . Dasar kau
anak babu ! “
Siti
: “Tiar ! kenapa kamu selalu menghina saya ? “
Tiar
: “
Memangnya kenapa ? kau mau menuntut aku , hah ? “
Siti
: “ Tiiii .... dak .. Tiar ... tiii ...dak ... Saya minta maaf “ ( menundukkan kepala )
Tiar
: “
bagus kau ini “
Tiba tiba teman Tiar , Alex datang .
Alex
: “ Hai Bro “
Tiar
: “
Hai juga Bro . Bagaimana kabar kau ? “
Alex
: “Gue baik Bro . Loe sendiri gimana ?”
Tiar
: “Buta
kau ini , Aku sama Siti kau tak lihat rupanya?”
Alex : “Maksud
gua gimana kabar loe?”
Tiar : “Aku
baik hahaha ”
Siti : “Alex,
kamu tidak tanya saya?”
( Tiba - tiba menyahut pembicaraan Tiar dan Alex )
Tiar : “Hah
kau ini siapa? Tak penting kau buat kami”
Alex : “Yup…”
Tiar : “Alex
jangan makanan saja yang kau pikirkan”
Alex : “Siapa
yang memikirkan makanan ?”
Tiar
: “Kau
tadi bilang yupi. Mana punya aku permen yupi. Siti belikan Alex yupi !!!”
Siti : “Maaf
bukannya saya tidak mau. Tapi saya tidak punya uang “ ( wajah memelas )
Tiar : “
Jadi kau tak mau hah ? “
(marah dan mendekat ke Siti)
Alex : “Sudah
– sudah jangan emosi loe
Tiar. Gua tadi nggak minta yuppi tapi bilang yup alias
bener banget. “
Tiar : “
Oww… gitu rupanya. Tak tahu
lah aku ini. Kenapa kau tertawa ? Mau ku pukul kau ? “
Siti : “
Ti…ti…dak. Aku tidak
menertawakanmu, Tiar.”
Tiar : “Baguslah.
Kau tau diri.”
Alex : “
Siti, letakkan tas gue di kursi ! cepat !” ( Menyodorkan tasnya ke Siti )
Siti : “
Baik, Alex.”
( Mengambil dan meletakkan tas Alex )
Tiar : “
Heh Siti, Alex tadi tak tanya kabar kau. Kenapa kau jawab baik “
Siti : “
Maksud saya, iya Alex.”
Alex : “
Aduh Tiar loe itu bego banget sih.”
Siti : (tertawa) “ ya kamu kampungan banget sih.”
Tiar : “Apa
kau bilang? Aku kampungan. Kurang ajar kau. Kau itu yang kampungan !!!”
Siti : “A..mpun.
maaf Tiar aku kelepasan.”
Tiar : “Apa
kau yang lepas ?”
( garuk garuk kepala )
Alex : “Maksudnya
tidak sengaja. Malu gua punya teman kayak loe. Tulalit banget.”
Tiar : “Jangan
bicara gitu kau. Tersinggung aku.”
Alex : “Maaf
bro… jangan tersinggung. Aku
hanya bercanda. Piece !”
Tiar : “Siapa
yang batuk ?”
Alex : “Piece
itu artinya damai. Wah loe harus les Bahasa Indonesia yang baik dan Bahasa
Inggris”
Tiar : “Tak
maulah aku. Kau sajalah sana ”
Bel masuk berbunyi. Semua siswa segera duduk di tempat duduknya
masing – masing. Tiba – tiba Bu Dian datang
bersama seorang murid baru.
Bu
Dian : “ Selamat pagi anak –
anak.”
Semua : “Selamat
pagi, Bu.” ( serampak )
Bu
Dian : “ Anak –
anak perkenalkan ini Paijo teman baru kalian. Dia pindahan dari SMA 1
Surakarta.
Paijo silahkan
memperkenalkan diri kepada teman –
temanmu.”
Paijo : “ Hallo teman – teman perkenalkan nama
saya Paijo Soehatta Djajadiningrat. Saya dari
Surakarta. Sekarang saya
tinggal di perumahan Teratai.”
Alex : “Eh Paijo,ngapain loe pakai
peci memangnya mau ke masjid ?”
(tertawa)
Paijo : “Ini bukan peci tapi blangkon.
“ ( Memegang blangkon yang
ia kenakan )
Tiar : “Aku tau blangkon yang buat
ngemis – ngemis itu kan ?”
Siti : “Bukan Tiar, kamu ngawur.”
Tiar : “Apa kau?” (marah dan wajah
menantang)
Bu Dian : “ Sudah – sudah jangan bertengkar.
Paijo, silahkan kamu duduk disebelah Alex.”
Paijo : “Nggeh, Bu.”
Setelah Paijo duduk
di sebelah Alex , tiba –
tiba Siti mendatangi Paijo .
Siti : “Halo MPG “ ( wajah genit )
Alex : “Apaan tuh MPG ??” ( bingung dan garuk garuk
kepala )
Siti : “ MPG itu ..... Mas Paijo
Ganteng “
Paijo : “Sampean jangan gitu toh “
Siti : “Perkenalkan Mas , nama
saya Siti . Saya jomblo loh Mas “
Paijo : “Opo toh jomblo itu ?”
Tiar : “itukan rumah khas Jawa “ ( tiba tiba menyahut
pembicaraan mereka )
Paijo : “Itu Joglo “
Alex :” kenapa Loe Sit bilang ke
Paijo tentang status Loe ? Gak penting banget menurut gue “
Siti : “ Ya sapa tahu Mas Paijo
Ganteng ini mau daftar mengisi hati saya “
Tiar :” Percaya diri banget sih
loe sit !”
Bu Dian : “Sudah
sudah yang dibelakang jangan ramai !! Buka buku paket Bahasa Indonesia kalian
halaman 85.”
Semua : “Baik, Bu.” ( Serempak )
Bu Dian : “
Jika sudah kalian baca , kerjakan halaman 100 “
Bel istirahat berbunyi.
Bu Dian : “Baik
anak anak waktu pelajaran saya sudah habis . Silahkan beristirahat “ ( merapikan
buku yang masih ada di
meja )
Alex : “Heh Paijo, Ngapain loe
pakai blangkon ? Kampungan tau.”
Paijo : “Sampean ini bagaiman to ?
Blangkon ini bagus, pakaian khas Jawa. Aku ini melestarikan
budaya Jawa. “
Tiar : “Ya, tapi kau tak tahu
tempat. Ini sekolah Jo, bukan gedung pernikahan.” (tertawa)
Siti : “Betul itu kata Paijo, kita
harusnya itu bangga dengan budaya Indonesia. Bukan malah malu
mengakuinya.” ( Membela Paijo )
Alex : “Eh cupu, Ngapain loe ikut – ikutan.”
Paijo : “Alex sampean itu ndak
boleh jahat sama Siti. Dia itu kan juga teman sampean. “
Tiar : “Aduh kalian kompak ya.
Sama – sama kampungan, tak tahu
malu dan saling membela.
Jodoh kalian.” (Tertawa)
Alex : “Betul banget Tiar.” ( Mengacungkan jempolnya
)
Siti : “Memangnya beneran aku
cocok sama Paijo. “ (tersipu
malu)
Alex : “Sok imut loe. Ngaca dulu
sana.”
Tiar : “Alex tak tau kau rupanya
Siti tak punya kaca. “
Siti : “Aku punya kaca kok.
Memangnya kenapa cinta kan buta.”
Paijo : “Betul itu.”
Siti : “Jadi Kamu suka aku.” ( wajah Siti berseri seri
)
Alex : “ Aduh kenapa jadi kayak
gini.”
Tiar : “Kenapa kau? Kau jules ya ?”
Siti : “Jealous, Tiar.”
Tiar : “Itu maksud aku. “
Alex : “Sorry ya gua nggak level. “
Tiba - tiba Bu Dian
datang.
Bu Dian : “ Ada apa ini dari tadi
ribut – ribut ?”
Paijo : “ Tidak ada apa – apa, Bu. Biasa anak muda.” (tersenyum)
Bu Dian : “Kamu sudah makan, Mas
Paijo ?”
Paijo : “Belum, Bu. Jangan panggil
Mas. Saya kan murid Ibu.”
Bu Dian : “kalau gitu ke kantin
bareng yuk ! Ah umur kita beda 2 tahun kok. “
Paijo : “Tapi Bu...”
Bu Dian : “Biar akrab aja Mas Paijo.” (tersipu malu)
Siti : “Hem...hemm.... “
Bu Dian : “Kenapa Siti ? Kamu batuk ?”
Siti : “Nggak tau umur banget.
Udah tua juga.”
( memalingkan muka dari Bu Dian )
Bu Dian : “Maksud kamu ?”
Tiar : “Maksud Siti itu, Bu Dian
jangan kegenitan”
Bu Dian : “Apa ? Kurang ajar kamu
Siti . Berani kamu sama guru kamu !!”
Siti : “Lagian Ibu ngapain nggoda
Paijo? Dia kan milik saya.”
Paijo : “Siapa yang bilang aku
milikmu ?”
Bu Dian : “Tu kan Paijo itu calon
pacar saya.”
Tiar : “Alamak. Kenapa jadi
rebutan Paijo ?”
Alex : “Begini saja, Paijo suruh
milih Siti atau Bu Dian ?”
Tiar : “Setuju aku.”
Alex : “Eh Jo, loe milih Siti atau
Bu Dian ?”
Siti : “Pilih aku saja Mas. Aku
lebih cantik, lebih muda, dan gadis Jawa tulen. “
Bu Dian : “Saya lebih oke dan pintar.
Tidak kampungan. Pokoknya kita itu saling melengkapi.”
Paijo : “Baiklah aku memutuskan
bahwa aku mencintai....”
Siti : “Siti kan pastinya “
Bu Dian: “ Dian
Sosro lah. Dian Sosro paling sempurna “
Paijo : “Blangkonku.”
Semua : “Apa ? “ ( serempak )
Paijo : “ Iya Aku mencintai
blangkonku, bukan Siti atau Bu Dian.”
Bu Dian : “ Ah Kamu pasti bercanda.”
Paijo : “ Saya serius Bu.”
Tiar : “Sudahlah terima saja.
Paijo itu tak mencintai kalian.”
Siti : “Aduh sedih aku.”
Alex : “Sudahlah tidak usah
bertengkar. Cinta itu tidak bisa dipaksa.”
Tiar : “ Betul tu kata Alex .
Bagaiman kalau Kita semua damai ?? Aku dan Alex sudah bosan untuk
mengerjai Siti dan Paijo.”
Alex : “Sit, Jo maafin gua ya.
Selama ini gua sering banget jahat sama loe berdua.”
Tiar : “Aku juga minta maaf ya
sama loe berdua .”
Siti Paijo: “Ya, Kami memaafkan kok.” ( serempak )
Alex : “Lalu bagaimana masalah
cinta segitiga ?”
Bu Dian : “Ya sudahlah. Saya ikhlas
jika cinta saya bertepuk sebelah tangan. “
Siti : “Maafin saya ya Bu. Saya
tadi kurang ajar sama Bu Dian.”
Bu Dian : “Saya jugan minta maaf sama
kamu.”
Paijo : “Begini dong, Blangkon yang
menyatukan kita.”
Tiar : “Maksud kau?”
Paijo : “Lha iya, coba kalau saya
tidak bilang kalau saya mencintai blangkon dan memilih salah satu
dari kalian pasti masalah akan menjadi runyam.”
Semua : “Benar juga.” (tertawa)
Tiar : “Jadi masalahnya sudah
selesai kan.”
Semua : “Sudah
Tiar.”
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar